HUBUNGAN BAHASA, BUDAYA dan MASYARAKAT
Disusun untuk memenuhi tugas semester IV
Mata Kuliah : Sosiolinguistik
Kelas :
Pagi C
DosenPengampu : Erwan Kustryiono, S.Pd
Oleh,
1.
Anita
Agustina (10.0499.H)
2.
Heri
Susanto (10.0389.H)
3.
Nur
Jamilah (10.0487.H)
4.
Rista
Evi H. (10.0425.H)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PEKALONGAN
PEKALONGAN
2011
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Manusia
adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang tidak dapat hidup sendiri, dengan
kata lain manusia membutuhkan individu lainnya dalam kelangsungan hidup. Oleh
karena itu manusia perlu bahasa sebagai alat komunikasi atau berinteraksi
dengan sesamanya dalam melangsungkan hidupnya sebagai mahluk sosial.
Bahasa
digunakan sebagai alat komunikasi paling efektif antara individu dengan
individu lain. Dengan bahasa seseorang dapat menyampaikan maksud yang
dipikirkannya kepada orang lain. Bahasa disampaikan baik melalui lisan maupun
dalam bentuk tulisan. Bahasa dan masyarakat tidak bisa dilepaskan karena bahasa
dengan masyarakat memiliki kaitan erat, masyarakat tidak mungkin bisa berjalan
tanpa bahasa begitu juga sebaliknya bahasa tidak akan ada jika tidak ada
masyarakat.
Bahasa
yang ada dalam masyarakat akhirnya menjadi kebiasaan yang diwariskan secara
turun-temurun, Hingga bahasa pada masyarakat tersebut menjadi sebuah budaya
yang menjadi suatu ciri khas masyarakat tersebut. Bahasa tidak hanya menentukan
kebudayaan tetapi juga pola pikir
masyarakat pada suatu daerah tersebut. Untuk memahami budaya daerah
tertentu maka hal yang pertama diperlukan adalah memahami bahasa pada masyarakat
tersebut.
Antara
bahasa, budaya dan masyarakat ternyata saling berkaitan dan memiliki hubungan
yang erat, untuk mengetahui bahasa tentu kita harus mencari tahu mengenai arti
dari bahasa itu sendiri. Dan kemudian mencoba menghubungkan bahasa dengan
kebudayaan, selanjutnya mengaitkan bahasa dennga masyarakat. Mengenai bahasa, budaya
dan masyarakat akan coba dibahas lebih mendalam dalam karya tulis ini.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengetian
Bahasa
Bahasa
memiliki pengertian yang sangat luas karena bahasa merupakan alat komunikasi
sosial seluruh manusia di dunia, banyak para ahli yang mencoba merumuskan
mengenai pengertian bahasa, berikut beberapa ahli yang mencoba memberikan definisinya
mengenai bahasa.
Tarigan (1989:4), memberikan dua definisi
bahasa. Pertama, bahasa adalah suatu sistem yang sistematis, barang kali juga
untuk sistem generatif. Kedua, bahasa adalah seperangkat lambang-lambang mana
suka atau simbol-simbol arbitrer.
Menurut
Wibowo (2001:3), bahasa adalah sistem simbol bunyi yang bermakna dan
berartikulasi (dihasilkan oleh alat ucap) yang bersifat arbitrer dan
konvensional, yang dipakai sebagai alat berkomunikasi oleh sekelompok manusia
untuk melahirkan perasaan dan pikiran.
Chaer
dan Agustina (2009:11) secara sederhana, bahasa dapat diartikan sebagai alat
untuk menyampaikan sesuatu yang terlintas di dalam hati. Namun, lebih jauh
bahasa bahasa adalah alat untuk beriteraksi atau alat untuk berkomunikasi,
dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau perasaan.
Dalam studi sosiolinguistik, bahasa diartikan sebagai sebuah sistem lambang,
berupa bunyi, bersifat arbitrer, produktif, dinamis, beragam dan manusiawi.
Bahasa
adalah sebuah sistem, artinya, bahasa dibentuk oleh sejumlah komponen yang
berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan. Sistem bahasa berupa
lambang-lambang bunyi, setiap lambang bahasa melambangkan sesuatu yang disebut
makna atau konsep.
Karena
setiap lambang bunyi itu memiliki atau menyatakan suatu konsep atau makna, maka
dapat disimpulkan bahwa setiap suatu ujaran bahasa memiliki makna. Contoh
lambang bahasa yang berbunyi “nasi” melambangkan konsep atau makna ‘sesuatu
yang biasa dimakan orang sebagai makanan pokok’.
1.
Karakteristik
Bahasa
Telah
disebutkan di atas bahwa bahasa adalah sebuah sistem berupa bunyi, bersifat
abitrer, produktif, dinamis, beragam dan manusiawi. Dari pengertian tersebut,
dapat disimpulkan bahwa di antara karakteristik bahasa adalah abitrer,
produktif, dinamis, beragam, dan manusiawi.
a) Bahasa Bersifat Abritrer
Bahasa
bersifat abritrer artinya hubungan antara lambang dengan yang dilambangkan
tidak bersifat wajib, bisa berubah dan tidak dapat dijelaskan mengapa lambang
tersebut mengonsepi makna tertentu. Secara kongkret, alasan “kuda” melambangkan
‘sejenis binatang berkaki empat yang bisa dikendarai’ adalah tidak bisa
dijelaskan.
Meskipun
bersifat abritrer, tetapi juga konvensional. Artinya setiap penutur suatu
bahasa akan mematuhi hubungan antara lambang dengan yang dilambangkannya. Dia
akan mematuhi, misalnya, lambang ‘buku’ hanya digunakan untuk menyatakan
‘tumpukan kertas bercetak yang dijilid’, dan tidak untuk melambangkan konsep
yang lain, sebab jika dilakukannya berarti dia telah melanggar konvensi itu.
b) Bahasa
Bersifat Produktif
Bahasa
bersifat produktif artinya, dengan sejumlah besar unsur yang terbatas, namun
dapat dibuat satuan-satuan ujaran yang hampir tidak terbatas. Misalnya, menurut
Kamus Umum Bahasa Indonesia susunan WJS. Purwadarminta bahasa Indonesia hanya
mempunyai kurang lebih 23.000 kosa kata, tetapi dengan 23.000 buah kata
tersebut dapat dibuat jutaan kalimat yang tidak terbatas.
c) Bahasa
Bersifat Dinamis
Bahasa
bersifat dinamis berarti bahwa bahasa itu tidak lepas dari berbagai kemungkinan
perubahan sewaktu-waktu dapat terjadi. Perubahan itu dapat terjadi pada tataran
apa saja: fonologis, morfologis, sintaksis, semantic dan leksikon. Pada setiap
waktu mungkin saja terdapat kosakata baru yang muncul, tetapi juga ada kosakata
lama yang tenggelam, tidak digunakan lagi.
d) Bahasa Bersifat Beragam
Meskipun
bahasa mempunyai kaidah atau pola tertentu yang sama, namun karena bahasa itu
digunakan oleh penutur yang heterogen yang mempunyai latar belakang sosial dan
kebiasaan yang berbeda, maka bahasa itu menjadi beragam, baik dalam tataran
fonologis, morfologis, sintaksis maupun pada tataran leksikon. Bahasa Jawa yang
digunakan di Surabaya berbeda dengan yang digunakan di Yogyakarta. Begitu juga
bahasa Arab yang digunakan di Mesir berbeda dengan yang digunakan di Arab Saudi.
e) Bahasa Bersifat Manusiawi
Bahasa
sebagai alat komunikasi verbal, hanya dimiliki manusia. Hewan tidak mempunyai
bahasa. Yang dimiliki hewan sebagai alat komunikasi, yang berupa bunyi atau
gerak isyarat, tidak bersifat produktif dan dinamis. Manusia dalam menguasai
bahasa bukanlah secara instingtif atau naluriah, tetapi dengan cara belajar.
Hewan tidak mampu untuk mempelajari bahasa manusia, oleh karena itu dikatakan
bahwa bahasa itu bersifat manusiawi.
B.
Hubungan
Bahasa, Budaya dan Masyarakat
Pengajaran
bahasa sering dipisahkan dari pengajaran budaya (culture), bahkan ada yang
menganggap bahwa bahasa tidak ada hubungannya dengan budaya. Memang diakui
bahwa budaya penting untuk dipahami oleh pemelajar bahasa, tetapi pengajarannya
sering terpisah dari pengajaran bahasa. Memang mempertimbangkan aspek budaya
dalam pembelajaran bahasa dengan lebih menekankan pada penggunaan bahasa,
tetapi dalam pelaksanaannya bahasa masih dianggap sebagai satu sistem homogen
yang terpisah dari interaksi penutur dalam kehidupan sehari-hari.
Bahasa
adalah hasil budaya suatu masyarakat yang kompleks dan aktif. Bahasa dikatakan
kompleks karena di dalamnya tersimpan pemikiran-pemikiran kolektif dan semua
hal yang dimiliki oleh suatu masyarakat. Bahasa dikatakan aktif karena bahasa
terus berubah sesuai dengan perkembangan masyarakat. Oleh karena sifatnya
tersebut, bahasa adalah aspek terpenting dalam mempelajari suatu kehidupan dan
kebudayaan masyarakat.
Koentjaraningrat
(1994), bahasa merupakan bagian dari kebudayaan. Artinya, kedudukan bahasa
berada pada posisi subordinat di bawah kebudayaan, tetapi sangat berkaitan.
Namun, beberapa pendapat lain mengatakan bahwa hubungan antara bahasa dan
kebudayaan merupakan hubungan yang bersifat koordinatif, sederajat dan
kedudukannya sama tinggi.
Bahasa
sebagai suatu sistem komunikasi adalah suatu bagian atau subsistem dari sistem
kebudayaan, bahkan dari bagian inti kebudayaan. Bahasa terlibat dalam semua
aspek kebudayaan, paling sedikit dengan cara mempunyai nama atau istilah dari
unsur-unsur dari semua aspek kebudayaan itu. Lebih penting lagi, kebudayaan
manusia tidak akan mungkin terjadi tanpa bahasa karena bahasalah faktor yang
menentukan terbentuknya kebudayaan.
Bahasa
sebagai alat komunikasi yang terdiri dari sistem lambang, yang dikomposisikan
pada kerangka hubungan kelompok sosial, dapat berimbas pula pada struktur
interaksi kebudayaan secara menyeluruh. Para ahli sepakat mendefinisikan
kebudayaan sebagai sebuah sistem struktur yang terdiri dari simbol-simbol,
perlambang dan makna-makna yang dimiliki secara komunal atau bersama, yang
dapat diidentifikasi, sekaligus bersifat publik.
Fungsi
bahasa dalam arti luas dapat dipergunakan sebagai media komunikasi untuk
menyampaikan segala perlambang kebudayaan antar anggota masyarakat. Sifat khas
suatu kebudayaan memang hanya bisa dimanifestasikan dalam beberapa unsur yang
terbatas dalam suatu kebudayaan, yaitu dalam bahasanya, keseniannya, dan dalam
adat istiadat upacaranya. Bahasa dan budaya, sangat sarat dengan daya-daya
kohesif dan saling mempengaruhi, serta boleh dikatakan bahwa masing-masing
entitas yang satu tidak bisa berdiri sendiri tanpa peranan yang lain.
Pembelajaran
budaya suatu masyarakat hendaknya mengutamakan unsur-unsur bahasa yang
digunakan dalam masyarakat tersebut. Budaya dan bahasa merupakan dua hal yang
saling berkaitan erat. Untuk belajar suatu budaya sekelompok masyarakat,
seseorang harus menguasai bahasa sekelompok masyarakat tersebut. Chaer dan
Agustina (2010), mengatakan bahwa bahasa itu bersifat unik dan mempunyai
hubungan yang sangat erat dengan budaya masyarakat pemakainya, maka analisis
suatu bahasa hanya berlaku untuk bahasa itu saja, tidak dapat digunakan untuk
menganalisis bahasa lain.
Sedemikian
eratnya hubungan antara kebudayaan dan bahasa sebagai wadahnya, hingga sering
terdapat kesulitan dalam menerjemahkan kata-kata dan ungkapan dari satu bahasa
ke bahasa yang lain. Sebagai contoh, perkataan village, dalam bahasa Inggris
tidaklah sama dengan desa dalam bahasa Indonesia. Sebab konsep village dalam
bahasa Inggris adalah lain sekali dari desa dalam bahasa Indonesia. Oleh karena
itu ungkapan yang pernah di keluarkan oleh penulis asing menyebut kota Jakarta
sebagai big village akan hilang maknanya jika diterjemahkan dengan ” desa yang
besar”.
Hal
ini menegaskan kita pada hubungan antara bahasa dan kebudayaan, yaitu bahwa
kunci bagi pengertian yang mendalam atas suatu kebudayaan adalah melalui
bahasanya. Semua yang di bicarakan dalam suatu bahasa, terkecuali ilmu
pengetahuan yang kita anggap universal, adalah tentang hal-hal yang ada dalam
kebudayaan bahasa itu. Oleh karena itu maka perlu mempelajari bahasa jika kita
ingin mendalami suatu kebudayaan ialah melalui bahasanya. Bahasa itu adalah
produk budaya dan sekaligus wadah penyampai kebudayaan dari masyarakat bahasa
yang bersangkutan.
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Wibowo
(2001:3), bahasa adalah sistem simbol bunyi yang bermakna dan berartikulasi
(dihasilkan oleh alat ucap) yang bersifat arbitrer dan konvensional, yang
dipakai sebagai alat berkomunikasi oleh sekelompok manusia untuk melahirkan
perasaan dan pikiran. Dalam
studi sosiolinguistik, bahasa diartikan sebagai sebuah sistem lambang, berupa
bunyi, bersifat arbitrer, produktif, dinamis, beragam dan manusiawi.
Sehingga
dapat disimpulkan karakteristik bahasa yang pertama yaitu berisfat arbitrer
yang artinya hubungan antara lambang dengan yang dilambangkan tidak bersifat
wajib, bisa berubah. Kedua Bahasa Bahasa bersifat produktif artinya, dengan
sejumlah besar unsur yang terbatas, namun dapat dibuat satuan-satuan ujaran
yang hampir tidak terbatas. Ketiga bahasa bersifat dinamis berarti bahwa bahasa
itu tidak lepas dari berbagai kemungkinan perubahan sewaktu-waktu dapat
terjadi. Keempat Bahasa bersifat beragam karena faktor morfologii sosiol dan
sebagainya. Kelima Bahasa bersifat manusiawi, sebagai alat komunikasi verbal,
hanya dimiliki manusia, hewan tidak mempunyai bahasa.
Bahasa
tidak bisa lepas dari kebuayaan karena bahasa merupakan hasil budaya suatu masyarakat
yang kompleks dan aktif. Bahasa adalah aspek terpenting dalam mempelajari suatu
kehidupan dan kebudayaan masyarakat. Bahasa merupakan bagian dari kebudayaan.
Artinya, kedudukan bahasa berada pada posisi subordinat di bawah kebudayaan, tetapi
sangat berkaitan.Namun hubungan antara bahasa dan kebudayaan merupakan hubungan
yang bersifat koordinatif, sederajat dan kedudukannya sama tinggi. Oleh karena itu maka perlu mempelajari
bahasa jika kita ingin mendalami suatu kebudayaan ialah melalui bahasanya.
Bahasa itu adalah produk budaya dan sekaligus wadah penyampai kebudayaan dari
masyarakat bahasa yang bersangkutan.
B.
Saran
Bahasa sebagai alat komunikasi manusia
perlu dipelajari agar sesuatu yang
disampaikan tidak menjadi salah pengertian mengenai maksud dan tujuanya. Bahasa
yang ada pada masyarakat telah menjadi kebudayaan, kita sebagai generasi bangsa
yang menjunjung tinggi nilai-nilai budaya sudah seharusnya menjaga bahasa
Indonesia dan bahasa daerah itu sendiri,
agar tidak hilang karena proses global yang
menggunakan bahasa asing untuk bahasa internasional. Sebagai generasi
bangsa yang baik, sudah selayaknya
menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar karena bahasa indonesia adalah
bahasa bangsa Indonesia tercinta.
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul dan Agustina, Leoni.2010. Sosiolinguistik Perkenalan Awal .Jakarta:
Rineka Cipta
Koentjaraningrat. 1994. Metode-metode Penelitian Mayarakat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama
Tarigan, Henry Guntur .1989. Pengajaran Kompetensi Bahasa Indonesia. Bandung: Angkasa.
Wibowo, Wahyu
.2001. Manajemen Bahasa. Jakarta: Gramedia.