Minggu, 25 Maret 2012

KRITIK SASTRA CERPEN KUPU-KUPU di BAWAH SEPATU KARYA AGUS NOOR


Agus Noor merupakan seorang penulis cerpen yang handal di Indonesia. beberapa karya Agus Noor menjadi menjadi bacaan yang menarik untuk dibaca salah satunya cerita pendek yang berjudul Kupu-kupu di Bawah Sepatu diambil dari kumpulan cerpen Bermula dari Tambi pada tahun 1999. Cerpen ini bercerita tentang seorang pemuda yang gemar sekali terhadap kupu-kupu hingga ia habiskan seluruh waktunya untuk menikmati keindahan kupu-kupu.
Hingga pada suatu hari saat dia menganggur Dia membayangkan dirinya menjadi seekor kupu-kupu yang indah. Bayangan itupun terjadi di suatu pagi ketika Dia mendapati dirinya meringkuk lesu dengan sebuah sayap lembut dipunggungnya. Dia benar-benar menjadi kupu-kupu dan Dia tidak percaya bahwa Dia telah menjadi seekor kupu-kupu.
 Dia sangat mengagumi keindahan kupu-kupu hingga menjadikan Dia membenci orang-orang yang memburu dan membunuh kupu-kupu. Baginya kupu-kupu bukanlah barang pajangan yang diawetkan di ruang tamu, baginya orang yang memburu kupu-kupu dan mengawetkannya bukalandah pecinta kupu-kupu tapi hanya orang kaya yang pamer terhadap kekayaanya bisa membeli satu kupu-kupu dengan harga jutaan rupiah. Mereka tak mengerti keindahan karena membinasakan sesuatu yang indah, kupu-kupu mati karena diburu.
jika semua kupu-kupu diburu maka tidak akan ada tempat lagi di dunia ini yang indah. Dia tak bisa hidup tanpa melihat kupu-kupu, baginya melihat kupu-kupu dapat menghilangkan rasa bosan yang melanda dirinya. Kehidupanya adalah mengembara mencari kupu-kupu ia tak perduli apapun yang terjadi, tapi apa jadinya ketika Dia tak pernah lagi menemukan kupu-kupu itu? Dia hanya mendapatkan cibiran dan lelucon ketika Ia mencari kupu-kupu di supermarket.
Hingga akhirnya dia duduk sambil menikmati orange juice dan menatap wajah-wajah gadis belia membayangkan ada sebuah kupu-kupu yang hidup di matanya dan berpikir betapa indahnya jika apa yang gadis itu katakan berubah menjadi kupu-kupu yang indah.
Dari cuplikan cerita diatas maka kami mencoba untuk memahami dan membagi cerpen Kupu-kupu di Bawah Sepatu karya Agus Noor berdasarkan unsur intrinsik dan ekstrinsik sebagai berikut.
UNSUR INTRINSIK
1.      Alur  
Pada cerpen Kupu-kupu di Bawah Sepatu alur yang dipakai adalah alur campuran hal ini dapat dilihat dari paragraf awal dan paragraf akhir yang bercerita tentang masa kini dan kemudian beralih menceritakan masa lampau kemudian ke masa kini lagi “Suatu pagi aku menjelma kupu-kupu. Kudapati diriku meringkuk lesu dengan sayap lembut dipunggungku. Aku tak percaya kalau aku sungguh-sungguh menjadi kupu-kupu. Ya memang di antara, antara hari-hari nganggurku, aku sering membayangkan diriku pada suatu hari akan menjelma kupu-kupu...”. Dan kembali kemasa kini hal ini dapat terlihat dari paragraf akhir yang berbunyi “sambil menikmati juice orange, dikantin yang dipenuhi gadis belia di sebuah mall di sebuah kota yang tak pernah mau tahu, menikmati hari-hari nganggurku”.


2.      Tokoh
a.       Tokoh utama : Aku
b.      Tokoh aku menjadi pelaku utama, karena menceritakan jalan cerita dari awal sampai akhir pada cerpen kupu-kupu di bawah sepatu
c.       Tokoh sentral : kupu-kupu
Cerita pendek Kupu-kupu di Bawah Sepatu karya Agus Noor memilki tokoh sentral berupa kupu-kupu pengarang membuat kupu-kupu yang indah untuk menggerakkan jalan cerita yang menarik untuk dibaca.
d.      Tokoh pembantu : pegawai super market dan gadis kecil
Wanita penjaga super market dalam cerita ini sebagai tokoh pembantu yang membuat jalan cerita menjadi lebih menarik untuk dibaca karena sedikit konflik. Sedangkan gadis kecil digunakan sebagai penutup cerita hal ini terlihat dari paragraf terakhir yang berbunyi “ Sambil menikmati orange juice, di kantin yang dipenuhi gadis belia, di sebuah mall kota yang yang tak pernah tahu, menikmati hari-hari nganggurku, aku membayangkan itu...”
3.      Penokohan
a.       Penokohan Aku
Memiliki sifat yang baik sebagai penyayang kupu-kupu dan menyukai keindahan, hal ini dapat dilihat dari sebuah kalimat “ Kamu tahu, kupu-kupulah yang membuat dunia ini indah.”
b.      Gadis Penjaga Supermarket
Gadis penjaga supermarket ini memiliki sebuah sifat yang pemalu sifat ini terlihat pada kalimat “ pipinya merah tersipu malu” tetapi juga pemarah ketika hatinya tersinggung terlihat dari kalimat “..., tapi ia telah bersungut meninggalkanku”
c.       Gadis-gadis belia
Memiliki sifat yang apa adanya tidak dibuat-buat karena kepolosan anak-anak kecil.
4.      Sudut Pandang
Pengarang menggunakan sudut pandang orang pertama pelaku utama dalam cerpen Kupu-kupu di Bawah Sepatu hal ini bisa dilihat dari cara pengarang menceritakan cerpen ini dalam kalimat pertama paragraf pertama “suatu pagi aku menjelma kupu-kupu”
5.      Latar Tempat
a.       Taman
Cerpen kupu-kupu di bawah sepatu mengambil setting tempat di sebuah taman terlihat dari kalimat “ di taman-taman kota, aku mencari kupu-kupu”.
b.      Supermarket
Selain taman cerpen ini juga mengambil setting di supermarket ketika tokoh aku mencoba mencari kupu-kupu di supermarket “di supermarket ku cari kupu-kupu”.
c.       Mall
Setelah di supermarket kemudian tokoh aku juga pergi ke sebuah mall sambil menikmati orange juice dan memandangi gadis-gadis belia.
6.      Latar waktu
a.       Pagi Hari
Cerpen ini mengambil setting waktu di pagi hari terlihat di awal paragraf pertama “ suatu pagi aku menjelma kupu-kupu”.
7.      Latar Sosial/Budaya
a.       Kehidupan disebuah kota yang serba individu dan tak peduli dengan orang lain dan lingkungan terlihat dari kalimat “ tapi mereka malah mencibir padaku, atau melotot kemudian kembali bergegas terburu-buru”.
8.        Tema
a.       Sosial
Tema yang dipakai dalam cerpen kupu-kupu di bawah sepatu adalah tema sosial karena pada cerpen ini menceritkan sebuah pengangguran yang tidak memiliki pekerjaan dan memilih menghabiskan waktunya untuk berburu menikmati keindahan kupu-kupu.
9.      Amanat
Amanat yang ingin disampaikan seorang penulis kepada pembaca melalui cerpen ini adalah kita tidak membunuh hewan-hewan yang membuat dunia ini menjadi indah, salah satunya adalah kupu-kupu. Selain tidak membunuh kupu-kupu kita sebgai manusia juga tidak boleh egois memikirkan diri kita sendiri tidak boleh bersifat acuh tak acuh kepada orang lain.
10.  Gaya bahasa
a.       Majas simile
Gaya bahasa yang dipakai dalam cerpen ini adalah majas simile yaitu perumpamaan majas perbandingan dua hal yang pada hakikatnya berbeda tetapi sengaja dianggap sama “ Bergerak seperti lembu dengan wajah seperti tungku”



Unsur Ekstrinsik
1.      Sosiologi
Norma yang dipakai dalam cerpen ini adalah norma moral dimana memberikan sebuah pembelajaran nilai-nilai moral terhadap kehidupan manusia yang sekarang cenderung individualis dan tidak memperhatikan lingkungan sekitarnya.
2.      Psikologi
Keadaan jiwa penulis saat membuat cerpen ini mungkin sedang resah terhadap kehidupan manusia yang sekarang sudah tak peduli terhadap lingkungan. Melalui keprihatinannya pengarang mencoba mecurahkan perasaanya melalaui sebuah cerpen berjudul Kupu-kupu di Bawah Sepatu.
3.      Biografi
Agus Noor (Tegal, 1968) telah menulis sejumlah kumpulan cerpen: Bapak Presiden yang Terhormat (1999), Memorabilia (2000), Selingkuh itu Indah (2002-2006, cet. 15), Rendevouz (2004), dan Potongan Cerita di Kartu Pos (2006). Tahun 1992, cerpennya yang berjudul “Musuh” memperoleh penghargaan sastra Festival Kesenian Yogyakarta. Tiga cerpennya yang lain, “Keluarga Bahagia”, “Dzikir Sebutir Peluru”, “Tak Ada Mawar di Jalan Raya” memperoleh Anugerah Cerpen Indonesia dari Dewan Kesenian Jakarta pada 1999. Prosa “Pemburu” dinyatakn sebagai salah satu karya terbaik majalah sastra Horison episode 1990-2000. Tahun 1998 mengikuti Writing Program Majelis Sastra Asia Tenggara (Mastera)
Cerpen Kupu-kupu di Bawah Sepatu ini cukup bagus jika dilihat dari diksi-diksi yang dipilih, selain itu cerpen ini juga memiliki pesan moral yang baik. Cerpen yang berisi tentang sebuah keresahan mengenai kupu-kupu yang telah hampir punah karena diburu ini sangat cocok untuk mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa agar bisa menjaga lingkungan alam sekitar.Cerpen ini juga sangat layak untuk mahasiswa yang masih belajar memahami sebuah karya sastra

Tidak ada komentar:

Posting Komentar