Senin, 27 Februari 2012

artikel


Abakku Sayang Abakku Malang Dalam Cerpen Abak karya Farizal Sikumbang
Oleh
Nur Jamilah (10.0487) PBSI C
            Pada cerpen Abak Karya Farizal Sikumbang ada hal yang sangat menarik yakni menceritakan sebuah keluarga yang memiliki adat dan budaya yang kental. hal ini dapat dilihat dari kehidupan keluarga yang terdiri dari Abak (ayah), Mande (ibu), dan dua orang putrinya. Mulaya kehidupan mereka begitu bahagia namun semenjak abak berhenti dari pekerjaannya mengangkut barang di pelabuhan teluk bayur, namun berhubung Abak sudah cukup tua dan sering sakit-sakitan, ia berhenti dari pekerjaanya. Kini Abak hanya dirumah saja dan menjadi pengangguran. Sejak Abak tidak bekerja mande isterinya bekerja menanami padi di sawah milik orang. Kini mande tidak mendapat tawaran bekerja di sawah lagi karena wabah hama yang merusak tanaman padi. Sehingga mande kehilangan mata pencaharian.
            Sejak itu Uni Ida (anak pertama perempuan) menjadi tulang punggung keluarga, lebih tepatnya Uda Bahar suami uni ida yang memenuhi kebutuhan mereka karena dia yang bekerja. Sejak itulah mande, Uni Ida, dan Uda Bahar tidak menyukai Abak karena ia sudah tidak bisa mencari pekerjaan. Bagi mereka abak hanyalah beban saja. Mereka mengucilkan Abak dan tidak mengiraukannya. Dalam adat minangkabau jika anaknya menikah harus terlepas dari mertuanya dan harus mempunyai rumah sendiri. Sedangkan Abak sebagai orang minangkabau dia tinggal bersama menantunya, hal ini yang dianggap menyalahi adat minangkabau. Apalagi rumah yang mereka tinggali adalah rumah turun temurun dari keluarga Mande. Sehingga Abak tidak mempunyai hak atas rumah yang mereka tinggali selama ini. Disitulah alasan mengapa Mande, Uni Ida,  dan Uda Bahar benci kepada Abak. Pada sore hari Uni Ida bertengkar dengan Abak, Abak tidak kuat menerima perlakuan tidak baik dari keluarganya sehingga malam harinya  ia memutuskan pergi dari rumah.
Orang- orang kampung menyalahkan mande dan Uni Ida karena telah menelatarkan Abak. Etek Supiah adik Abak sangat marah, dan ketika bertemu dengan anak perempuan Abak yang kecil, Etek Supiah memaki-maki dia. Hingga suatu hari anak perempuan Abak yang kecil menemuai ayahnya disebuah surau yang sudah tua. Abak dibawakan makanan oleh anaknya, namun Abak tidak mau makan makanan yang diwawa dari rumah. Setelah lama berbincang dengan anaknya abak hanya berpesan pada anaknya agar anaknya agar rajin sekolah agar kelak dia mempunyai pekerjaan dan kehidupannya akan lebih baik tidak seperti ayahnya yang tidak berkuasa.
            Selama satu bulan lebih Abak tidak pulang dan hidupnya terlunta-lunta, terkadang ia tinggal di surau atau di rumah saudaranya. Kepergian Abak tidak membuat isteri, anak dan menantunya merasa bersalah. Sudah sekian lama kepergian Abak kehidupan rumah menjadi asing. Dulu yang berkuasa di rumah adalah Abak, tetapi sekarang yang berkuasa Uda Bahar, suami Uni Ida. Uda  sejak uda bahar berkuasa keadaan rumah mulai berubah. Abak tidak lagi tinggal di surau. Abak mulai bekerja lagi, Abak sekarang bersama dengan Bako-ku (pihak keluarga ayah). Sejak Mande dan Uni Ida enelantarkan Abak, hubungan dari pihak Bako-ku mulai renggang. Suatu hari mande mengetahui bahwa suaminya sudah dapat bekerja dan akan menikah lagi. Mande baru merasakan menyesal dan karena selama ini telah menyianyiakan suaminya, kini suaminya akan menikah dengan orang lain.

            Seperti cerita tersebut bahwa hal yang menarik dari cerpen ini adalah memaparkan sebuah adat dan budaya minangkabau. Dimana orang-orang minagkabau masih sangat berpegang teguh pada adat dan budaya yang merupakan warisan dari nenek moyang mereka. Apabila ada yang melanggar adat maka akan mendapat celaan meski terkadang tidak selamanya adat dan budaya yang mereka anut itu benar. Misalnya saja, Tokoh Mande, Uni Ida dan Uda Bahar, begitu membenci Abak, karena Abak sudah tidak bekerja lagi hidupnya hanya menumpang saja. Dalam adat Minangkabau orang yang tidak memiliki harta tidak mempunyai hak dan kekuasaan, selain apabila anak-anak mereka menikah maka tidak boleh lagi tinggal serumah dengan mertuanya. Tokoh mande, Uni Ida, dan Uda Bahar melakukan hal yang bertentangan dengan nilai kebenaran. Mereka berbuat sangat kejam kepada Abak yang seharusnya mereka mengormatinya.
            Dalam cerpen ini, cerpenis ingin mengungkapkan realita kehidupan keluarga yang beradat Minangkabau dimana banyak aturan-aturan yang harus ditaati oleh suku sumando. Cerpenis ingin mengungkapkan kehidupan seorang yang masih berpegang teguh paada suatu adat dan budaya nenek moyang mereka. Menurut mereka budaya tersebut merupakan hal yang harus ditaati tanpa memperhatikan nilai-nilai kebenaran yang terkadang dilanggar. Cerpen yang berjudul “Abak” cerpenis mengisahkan seorang Abak (ayah) yang tidak dihargai dan dihormati lagi oleh isteri, anak, dan menantunya karena ia sudah tidak bisa menghidupi keluarganya. Bahkan isteri, anak dan menantunya tidak perduli lagi ketika abak memutuskan pergi dari rumah, hanya satu anak perempuan terakhirnya yang masih memperdulikan ayahnya.
            Adapun pesan yang ingin disampaikan dalam cerpen ini adalah bahwa seseorang harus menuruti adat dan budaya agar tidak mendapatkan celaan. Namun disisi lain terkadang adat juga tidak sesuai dengan nilai kemanusiaan. Seperti halnya pada cerpen Abak. Abak mendapatkan perlakuan kurang baik dari istri, anak, dan menantunya hanya gara-gara Abak sudah tidak bisa bekerja dan menumpang hidup, mereka begitu membencinya. Padahal hal itu merupakan perbuatan yang buruk dan tercela. Padahal yang seharusnya mereka itu patuh dan tunduk dibawah seorang kepada Abak. Selain itu terkadang tidak selamanya adat itu benar dan bisa dijadikan tolak ukur kebenaran. Cerpen ini mengisahkan betapa tidak berdayanya seorang Abak yang seharusnya ia sebagai kepala rumah tangga akan tetapi ia diperlakukan dengan tidak baik oleh isteri, anak, dan menantun.
            Selain itu pesan yang ingin disampaikan pada cerpen tersebut adalah penyesalan yang dirasakan mande karena telah menelantarkan suaminya, dan sekarang suaminya akan menikah dengan orang lain. Seseorang harus bisa menghormati ayah, suami ataupun mertuanya. Walau bagaimanapun Abak adalah kepala rumah tangga di dalam sebuah keluarga. Meski tidak bekerja tapi jasanya dahulu pernah membesarkan dan menyayangi kita. kita harus tau balas budi terhadap orang yang telah berjasa terhadap kita dan selalu peduli terhadapnya meskipun keadaanya sekarang berbeda.
Dari pengalaman membaca saya sastra itu penting, karena dengan karya sastra, kita banyak mendapatkan pengalaman baru. Selain itu sastra juga mempunyai nilai hiburan tersendiri bagi pembacanya. Berbeda dengan membaca buku-buku lainnya yang tidak menghibur. Setelah saya membaca cerpen Abak Karya Farizal Sikumbang, ada nilai-nilai yang sangat penting yang perlu kita ambil hikmahnya, misalnya kita sebagai manusia harus saling menyayangi dan menghormati dan menghargai orang lain, dan jangan jadikan adat atau budaya menjadi tolak ukur sebuah kebenaran sehingga kita melupakan nilai-nilai kemanusiaan.

 Sastra sangat penting dan berguna semua itu dapat dilihat, bahwa sastra merupakan ungkapan pemikiran dan jiwa seseorang untuk disampaikan kepada para pembaca. Dengan sasrta seseorang dapat mengutarakan fenomena yang sedang terjadi pada saat itu. Misalnya dalam cerpen di atas cerpenis mengungkapkan sebuah fenomena yang terjadi pada masyarakat padang, dimana seseorang masih berpegang teguh dan menjunjung tinggi adat di lingkungannya. Sehingga dari situlah kita dapat menilai baik buruknya adat dan budaya pada suatu masyarakat. oleh karena itu sastra berguna karena sebagai kritikan.
Selain itu kegunaan sastra adalah dapat dijadikan referensi kepada kita. sastra memberikan sebuah pengalaman pembelajaran hidup. Belajar arti kehidupan yang luas tidak hanya dari sebuah kebahagian saja tapi kita juga belajar dalam pedihnya melalui karya sastra. Jadi sastra merupakan gambaran nyata sebuah kehidupaan yang dibuat oleh pengarang melalau sebuah dunia rekaan. Yang membuat kita bisa memaknai hidup yang sebenarnya. Sastra tidak membuat kita menutup mata terhahadap apa yang terjadi pada sekitar kita.
Kita sebagai generasi muda harus bisa meneruskan warisan sastra dengan cara berkarya dengan apa yang kita bisa. Berkarya melalui sastra dan memajukan pendidikan di Indonesia.Karya Sastra akan membuat kita menjadi ada karena sebuah karya yang sangat berharga akan dikenang sepanjang masa. Belajar terus dan berlatih membuat sebuah karya sesuai dengan kemampuan kita. Semoga karya sastra di indonesia akan terus berjaya.













Tidak ada komentar:

Posting Komentar