Ketenangan Dari
Zdikir dalam Cerpen Masjid ke-1000
Karya S. Prasetyo Utomo
oleh
Heri Susanto (10.0389.H)
Hal yang menarik dari
cerpen ini adalah bercerita tentang laki-laki bernama Suryo yang menjelajah
seribu masjid dalam kotanya untuk mentutaskan zikir malamnya yang tak pernah
putus. Kegiatan ini Suryo lakukan sejak ia melepas jabatan dalam kantornya
karena dalam keluarganya mendapatkan sebuah cobaan dari sikap keluarganya
sendiri. Untuk menghapus segala dosanya ia harus berzikir di 1000 masjid. Dan
tibalah dia di masjid yang ke-1000 masjid peninggalan Syek Maulana, setelah
sebelunya ia menyinggahi 999 untuk berzikir. Suryo tak pernah berhenti
menyinggahi masjid-masjid setiap malam meski bagaimanapun cuacanya. Hal ini
dilakukan untuk melantunkan zikir-zikirnya.Sudah diketahui oleh Suryo saat
masjid yang ke-1000 dia akan berjumpa dengan anak sulungnya yang bernama Cakra.
Hal itu memang benar saat dia didepan masjid
terlihat Cakra anak sulungnya duduk diundakan paling bawah dari seratus undakan
yang ada. Cakra anaknya tidak bisa melihat karena buta tetapi dia tahu apapun
yang berkelebat didepanya. Dan suryo semakin gugup gemetar ketika dia mendekati
Cakra, “minta sedekahnya tuan” hal itu yang terucap pada dari bibir Cakra.
Tangan suryo yang gemetar memberikan uang receh yang jatuh gemericing pada
kaleng yang dibawa cakara. Sayangnya anak sulungnya itu tak menengenali drinya.
Tapi Suryo menyanyakan apakah anaknya itu tak mengenalinya lagi, Cakra pun
menjawab dan tersadar bahwa itu ayahnya. Suryo sambil menahan sakit lantaran
terdapat logam runcing yang menusuk dadanya. Mengajak anaknya untuk kembali
pulang kerumah karena semenjak anak perempuanya menikah dia hidup sendiri,
ajakan pulang dari Suryo ditolak oleh Cakra anaknya.
Cakra lebih memilih
tinggal di masjid karena menganggap masjid ini adalah rumahnya dan menyuruh
Suryo untuk menjenguk kesini jika dia ingin menemuinya.Kemudian Suryo naik ke
undakan masjid meninggalkan anaknya, sampai diundakan yang ke-99 dia tak
meyangka akan disambut oleh kiayi badawai berambut putih dan bersorban putih.
Lalu diajaknya berzikir bersama di lingkaran orang-orang yang berzikir. Saat
dia berzikir perlahan-lahan rasa sakit kaena logam yang menususuk dadanya
menghilang. Dia merasakan ketentraman pada saat berzikir, sekan terbebas dari
beban yang membelunggunya. Tapi ia masih merasakan harum bunga dari makam Syekh
Maulana dari belakang masjid. Ia terbayang anaknya yang baru menikah dan wajah
istrinya yang angker ketika mengusir pembantunya yang pengkor bernama Yu Girah.
Dalam zikirnya dia
melupakan wajah istrinya yang suka murka dan kembali berzikir lebih tenang.
Tiba-tiba ada cahaya yang datang surut mengampirinya dia seperti tertidur tak
bisa mendengarkan suara zikirnya. Tapi sekarang dia bisa melihat dirinya
sendiri duduk bersilah dan membawa tasbih ditengah tanah yang luas tak bertepi.
Tiba-tiba datang seorang laki-laki tua berjanggut putih, berambut putih dan
bersorban putih. Dia tak bisa berkata apa-apa bahkan dia tak bisa mendai detak
nadi dan nafasnya, tapi Suryo tak merasakan sebuah kecemasan. Ia merasa tenang
dan nyaman dalam lantunan zikirnya.Tangan dari orang yang serba putih itu
menggemgam tanganya dalam dan pada waktu terasa lagi detak nadi dan jantungnya.
Kiayi badawi itu membangunkan dan menyadarkanya dari zikirnya kiayi badawi itu menyuruhnya pulang karena
hari sudah menjelang pagi tak terasa berganti.
Tetapi saat dia membuka kedua matanya tak
ditemuinya laki-laki itu. Akhirnya dia turun dari masjid dengan hati yang
tenang dan langkah kaki yang ringan bahkan ia tak merasakan lagi runcing logam
yang menusuk dadanya. Ternyata dia merasakan yang luar biasa dari zikirnya,
inilah masjid yang ke-1000 yang dilacaknya untuk melantunkan zikir. Masjid yang
memberikan ketengan jiwa bagi dirinya.kemudian dia pulang menuruni undakan
tangga itu dilihatnya undakan yang terakhir hanya berembun itu adalah undakan
yang selalu ditempati oleh anaknya Cakra yang selama ini pergi meninggalkanya.
Kemudian suryo melanjutkan kembali perjalananya untuk kembali pulang, langkah
demi langkah semakin terasa ringan tak beban lagi seperti logam runcing yang
menusuk dadanya. Suryo merasa sangat tenang tak disadarinya dia telah pergi
jauh dari tengah kota untuk melakukan sebuah perjalanan zikir yang membuat
ketengan jiwa.
Suryo akhirnya sampai
dipelataran rumahnya, dia merasakan kenyusian yang tak pernah ia rasakan
sebelumnya yang penuh dengan kemurkaan dan penderitaa. Dilihatnya pintu yang
terbentang dan terbuka sebelah bagian dan dia bertanya dalam hati siapa yang
datang. Dia masuk dan diarasakan sesuatu yang aneh dinyalakan lampu di ruang
tengah begitu sunyi membawa kedamaian. Dilihatnya kamar anak perempuanya Ratri
yang begitu lengang ditinggalkan karena diboyong keur kota oleh suaminya.
Kemudian Suryo melangkah lagi kesebuah kamar yang usang dan penuh dengan
sawang, debu yang berhambuaran. Ini adalah kamar Cakra yang ditinggalkan untuk
mencai sebuah kedamaian dai kehidupan.
Kemudian masuklah dia
kemakamar istrinya dilihatnya dia hanya bisa tidur terlentang tanpa bisa
berbuat apa-apa. Hanya mata yang dpat digerakan dengan perlahan berkedip-kedip
memberi sebuah tanda. Mengingatkan dia sewaktu melahirkan anak perempuanya,terlihat
lemah tak berdaya dan tak terlihat ketika dia murka mengutuk dunia. Setelah menjelang
subuh dia merawat istrinya seorang diri, Suryo memandikan dengan lembut
istrinya menggunakan air hangat. Digantinya baju milik istrinya dengan pelan
penuh kasih sayang, dan dia menyuapi dengan sabar istrinya yang sudah tak
berdaya membuatkan teh untuk memberikan sebuah kehangatan. Hingga saat adzan
subuh kemudian Suryo berangkat ke surau untuk menemui Kiayi Bisri. Disalamnya
tangan kiayi itu yang basah karena air wudu,dilihatnya wajah yang begitu teduh
dia tak perlu lagi mnegeluh kepada kiayi lantaran sakit dadanya yang sakit
karena logam runcing menusuknya.
Dan dia tak perlu
takut lagi pada omelan istrinya yang penuh dengan kemurkaan, sebab istrinya
kini sudah tidak berdaya terkapar dikamar yang tenang. Semua hal itu berbuah
karena zdikir smalam di sebuah masjid Syekh Maulana. Dari sebuah kejauhan dia
melihat Yu girah pembatunya dulu yang diusir oleh istrinya, dia berjalan
bersingsut-singsut seperti anjing laut. Dan berjungkit-jungkit memakai mukenah
dia berjalan dengan kaki pengornya menuju sebuah surau diama Suryo dan kiayi
berada. Menanti dengan menunduk kemudian suryo menhampirinya dan meminta maaf
kepada Yu Girah sambil berkata maukah kau merewat istriku yang sedang sakit.
Penulis ingin
mengangkat sebuah realita mengenai kehidupan manuisa yang penuh dengan
kemurkaan. Manusia yang hidup terkadang lupa kepada Allah dan lebih
mementingkan kehidupan dunia saja. Banyak orang yang tidak mengahargai orang
lain karena kekurangan yang dimilikinya. Kekurangan fisik maupun kekurangan
materinya dan seringkali acuh-tak acuh terhadap orang lain tak peduli dan tak
mau mengerti mengenai kehidupan orang lain. Padahal manusia hidup itu pasti
membutuhkan orag lain, manuisa tidak dapat hidup sendiri kareana manusia
merupakan mahluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lainya. Diamana
ketika kita membenci dan mendoa’kan yang
tidak baik maka hal tu akan kembali pada diri kta masing-masing. Tentunya Allah
memberikan ujian terhadap mahluknya agar dia mengerti dan mengahargai akan
keterbatasaanya. Setelah itu maka mereka akan mencari sebuah ketengan batin
dengan cara lebih mendekatkan diri kepada Allah. Salah satunya dengan cara
beribadah dan Zdikir mencari petunjuk dan memohon segala sesuatu yang dipintanya.
Kesehatan rezeki dan lain-lain.
Untuk itu semua hal
yang baik dan buruk itu berasal dari tuhan maka kita harus memohon da meminta
kepadanya. Karena hanya kepada-Nya kita meminta dan hanya kepada-Nya kita akan
kembali. Jika kita meminta tulus dan ikhlas Allah akan menyembuhkan kita dari
penyakit dan Allah akan membeikan ketenangan bagi kita semua dalam menjalani
sebuah kehidpuan. Dan kita sebagai manusia pasti akan membutuhkan orang lain.
Pesan dan amanat yang
ingin disampaiakn oleh penulis kepada pembaca adalah manusia itu memiliki
kekurangan dan kelebihan dimana kekurangan dan kelebihan itu harus kita
syukuri. Penulis memeberikan pesan untuk saling menyayangi sesama manusia dan
menysukuri atas apa yang telah diperolehnya. Pesan moral dari cerpen ini adalah
kita tidak boleh menghina orang orang lain yang mempunyai kekurangan. Karena
sifat iri dengki itu akan menecelkaan diri kita sendiri. Bila musibah datang
mengampiri kita yakinlah Allah akan memberikan jalan keluar, asal kita mau
berserah diri dan meminta petunjuk-Nya pasti kita akan diberi kemudahan dalam
menjalani kehdupan yang tengan dan damai secara lahiriyaha dan batiniyah. Orang
yang baik adlah orang yang mampu menghargai orang lain dan mensyukuri atas apa
yang telah diterimanya. Jika kita berbuat baik kebaikan pula yang akan kita
dapat dan sebaliknya jika kita berbuat jahat pada orang lain maka itu akan
kembali pada diri kita lagi. Berbuat baik pada orang lain dan yakin apa yang
kita lakukan baik buat orang lain pasti akan baik buat diri kita sendiri.
Setelah saya membaca
cerpen ini menurut saya karya sastra itu penting karena tenyata melalui karya
sastra seseorang dapat menyampaikan suatu pesan dan amanat kepada orang lain
secara tidak langsung tersirat dalam karya sastra. Karya sastra juga merupakan
bagian dari kehidupan manusia selain sebagai seni dalam mengekspresikan diri.
Karya sastra akan berguna dalam kehidupan manusia. Kita bisa menggunakan karya
sastra sebagi media kritik tanpa harus menyakiti.Karya sastra penting dalam
kehidupan manusia karya sastra dibuat berdasarkan sebuah pemikiran yang
ternyata pemikiran itu mengandung unsur-unsur nilai moral, nilai seni dan masih
banyak nilai yang terkandung dalam karya sastra yang tentunya bisa sebagai
pembelajaran bagi kehidupan manusia. Karya sastra memilki banyak jenisnya dan
banyak juga fungsi dari masing-masing karya sastra tersebut. Salah satunya
karya sastra berupa tulisan cerpen yang memilliki peran sebagai penyampaian pesan dan hiburan bagi
para pembacanya.Karya sastra menjadi penting ketika kita serius untuk
memaknainya dan karya sastra tidak akan berguna jika hanya menjadi perhiasaan
yang tidak dibaca. Untuk itu karya sastra harus ditekuni secara serius jika
ingin mendapatkan inti dari sebuah karya sastra tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar