Senin, 27 Februari 2012

Masjid

Ketenangan Dari Zdikir dalam Cerpen Masjid ke-1000 Karya S. Prasetyo Utomo
oleh
Heri Susanto (10.0389.H)

Hal yang menarik dari cerpen ini adalah bercerita tentang laki-laki bernama Suryo yang menjelajah seribu masjid dalam kotanya untuk mentutaskan zikir malamnya yang tak pernah putus. Kegiatan ini Suryo lakukan sejak ia melepas jabatan dalam kantornya karena dalam keluarganya mendapatkan sebuah cobaan dari sikap keluarganya sendiri. Untuk menghapus segala dosanya ia harus berzikir di 1000 masjid. Dan tibalah dia di masjid yang ke-1000 masjid peninggalan Syek Maulana, setelah sebelunya ia menyinggahi 999 untuk berzikir. Suryo tak pernah berhenti menyinggahi masjid-masjid setiap malam meski bagaimanapun cuacanya. Hal ini dilakukan untuk melantunkan zikir-zikirnya.Sudah diketahui oleh Suryo saat masjid yang ke-1000 dia akan berjumpa dengan anak sulungnya yang bernama Cakra.
 Hal itu memang benar saat dia didepan masjid terlihat Cakra anak sulungnya duduk diundakan paling bawah dari seratus undakan yang ada. Cakra anaknya tidak bisa melihat karena buta tetapi dia tahu apapun yang berkelebat didepanya. Dan suryo semakin gugup gemetar ketika dia mendekati Cakra, “minta sedekahnya tuan” hal itu yang terucap pada dari bibir Cakra. Tangan suryo yang gemetar memberikan uang receh yang jatuh gemericing pada kaleng yang dibawa cakara. Sayangnya anak sulungnya itu tak menengenali drinya. Tapi Suryo menyanyakan apakah anaknya itu tak mengenalinya lagi, Cakra pun menjawab dan tersadar bahwa itu ayahnya. Suryo sambil menahan sakit lantaran terdapat logam runcing yang menusuk dadanya. Mengajak anaknya untuk kembali pulang kerumah karena semenjak anak perempuanya menikah dia hidup sendiri, ajakan pulang dari Suryo ditolak oleh Cakra anaknya.
Cakra lebih memilih tinggal di masjid karena menganggap masjid ini adalah rumahnya dan menyuruh Suryo untuk menjenguk kesini jika dia ingin menemuinya.Kemudian Suryo naik ke undakan masjid meninggalkan anaknya, sampai diundakan yang ke-99 dia tak meyangka akan disambut oleh kiayi badawai berambut putih dan bersorban putih. Lalu diajaknya berzikir bersama di lingkaran orang-orang yang berzikir. Saat dia berzikir perlahan-lahan rasa sakit kaena logam yang menususuk dadanya menghilang. Dia merasakan ketentraman pada saat berzikir, sekan terbebas dari beban yang membelunggunya. Tapi ia masih merasakan harum bunga dari makam Syekh Maulana dari belakang masjid. Ia terbayang anaknya yang baru menikah dan wajah istrinya yang angker ketika mengusir pembantunya yang pengkor bernama Yu Girah.
Dalam zikirnya dia melupakan wajah istrinya yang suka murka dan kembali berzikir lebih tenang. Tiba-tiba ada cahaya yang datang surut mengampirinya dia seperti tertidur tak bisa mendengarkan suara zikirnya. Tapi sekarang dia bisa melihat dirinya sendiri duduk bersilah dan membawa tasbih ditengah tanah yang luas tak bertepi. Tiba-tiba datang seorang laki-laki tua berjanggut putih, berambut putih dan bersorban putih. Dia tak bisa berkata apa-apa bahkan dia tak bisa mendai detak nadi dan nafasnya, tapi Suryo tak merasakan sebuah kecemasan. Ia merasa tenang dan nyaman dalam lantunan zikirnya.Tangan dari orang yang serba putih itu menggemgam tanganya dalam dan pada waktu terasa lagi detak nadi dan jantungnya. Kiayi badawi itu membangunkan dan menyadarkanya dari zikirnya  kiayi badawi itu menyuruhnya pulang karena hari sudah menjelang pagi tak terasa berganti.
 Tetapi saat dia membuka kedua matanya tak ditemuinya laki-laki itu. Akhirnya dia turun dari masjid dengan hati yang tenang dan langkah kaki yang ringan bahkan ia tak merasakan lagi runcing logam yang menusuk dadanya. Ternyata dia merasakan yang luar biasa dari zikirnya, inilah masjid yang ke-1000 yang dilacaknya untuk melantunkan zikir. Masjid yang memberikan ketengan jiwa bagi dirinya.kemudian dia pulang menuruni undakan tangga itu dilihatnya undakan yang terakhir hanya berembun itu adalah undakan yang selalu ditempati oleh anaknya Cakra yang selama ini pergi meninggalkanya. Kemudian suryo melanjutkan kembali perjalananya untuk kembali pulang, langkah demi langkah semakin terasa ringan tak beban lagi seperti logam runcing yang menusuk dadanya. Suryo merasa sangat tenang tak disadarinya dia telah pergi jauh dari tengah kota untuk melakukan sebuah perjalanan zikir yang membuat ketengan jiwa.
Suryo akhirnya sampai dipelataran rumahnya, dia merasakan kenyusian yang tak pernah ia rasakan sebelumnya yang penuh dengan kemurkaan dan penderitaa. Dilihatnya pintu yang terbentang dan terbuka sebelah bagian dan dia bertanya dalam hati siapa yang datang. Dia masuk dan diarasakan sesuatu yang aneh dinyalakan lampu di ruang tengah begitu sunyi membawa kedamaian. Dilihatnya kamar anak perempuanya Ratri yang begitu lengang ditinggalkan karena diboyong keur kota oleh suaminya. Kemudian Suryo melangkah lagi kesebuah kamar yang usang dan penuh dengan sawang, debu yang berhambuaran. Ini adalah kamar Cakra yang ditinggalkan untuk mencai sebuah kedamaian dai kehidupan.
Kemudian masuklah dia kemakamar istrinya dilihatnya dia hanya bisa tidur terlentang tanpa bisa berbuat apa-apa. Hanya mata yang dpat digerakan dengan perlahan berkedip-kedip memberi sebuah tanda. Mengingatkan dia sewaktu melahirkan anak perempuanya,terlihat lemah tak berdaya dan tak terlihat ketika dia murka mengutuk dunia. Setelah menjelang subuh dia merawat istrinya seorang diri, Suryo memandikan dengan lembut istrinya menggunakan air hangat. Digantinya baju milik istrinya dengan pelan penuh kasih sayang, dan dia menyuapi dengan sabar istrinya yang sudah tak berdaya membuatkan teh untuk memberikan sebuah kehangatan. Hingga saat adzan subuh kemudian Suryo berangkat ke surau untuk menemui Kiayi Bisri. Disalamnya tangan kiayi itu yang basah karena air wudu,dilihatnya wajah yang begitu teduh dia tak perlu lagi mnegeluh kepada kiayi lantaran sakit dadanya yang sakit karena logam runcing menusuknya.
Dan dia tak perlu takut lagi pada omelan istrinya yang penuh dengan kemurkaan, sebab istrinya kini sudah tidak berdaya terkapar dikamar yang tenang. Semua hal itu berbuah karena zdikir smalam di sebuah masjid Syekh Maulana. Dari sebuah kejauhan dia melihat Yu girah pembatunya dulu yang diusir oleh istrinya, dia berjalan bersingsut-singsut seperti anjing laut. Dan berjungkit-jungkit memakai mukenah dia berjalan dengan kaki pengornya menuju sebuah surau diama Suryo dan kiayi berada. Menanti dengan menunduk kemudian suryo menhampirinya dan meminta maaf kepada Yu Girah sambil berkata maukah kau merewat istriku yang sedang sakit.
Penulis ingin mengangkat sebuah realita mengenai kehidupan manuisa yang penuh dengan kemurkaan. Manusia yang hidup terkadang lupa kepada Allah dan lebih mementingkan kehidupan dunia saja. Banyak orang yang tidak mengahargai orang lain karena kekurangan yang dimilikinya. Kekurangan fisik maupun kekurangan materinya dan seringkali acuh-tak acuh terhadap orang lain tak peduli dan tak mau mengerti mengenai kehidupan orang lain. Padahal manusia hidup itu pasti membutuhkan orag lain, manuisa tidak dapat hidup sendiri kareana manusia merupakan mahluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lainya. Diamana ketika kita  membenci dan mendoa’kan yang tidak baik maka hal tu akan kembali pada diri kta masing-masing. Tentunya Allah memberikan ujian terhadap mahluknya agar dia mengerti dan mengahargai akan keterbatasaanya. Setelah itu maka mereka akan mencari sebuah ketengan batin dengan cara lebih mendekatkan diri kepada Allah. Salah satunya dengan cara beribadah dan Zdikir mencari petunjuk dan memohon segala sesuatu yang dipintanya. Kesehatan rezeki dan lain-lain.
Untuk itu semua hal yang baik dan buruk itu berasal dari tuhan maka kita harus memohon da meminta kepadanya. Karena hanya kepada-Nya kita meminta dan hanya kepada-Nya kita akan kembali. Jika kita meminta tulus dan ikhlas Allah akan menyembuhkan kita dari penyakit dan Allah akan membeikan ketenangan bagi kita semua dalam menjalani sebuah kehidpuan. Dan kita sebagai manusia pasti akan membutuhkan orang lain.
Pesan dan amanat yang ingin disampaiakn oleh penulis kepada pembaca adalah manusia itu memiliki kekurangan dan kelebihan dimana kekurangan dan kelebihan itu harus kita syukuri. Penulis memeberikan pesan untuk saling menyayangi sesama manusia dan menysukuri atas apa yang telah diperolehnya. Pesan moral dari cerpen ini adalah kita tidak boleh menghina orang orang lain yang mempunyai kekurangan. Karena sifat iri dengki itu akan menecelkaan diri kita sendiri. Bila musibah datang mengampiri kita yakinlah Allah akan memberikan jalan keluar, asal kita mau berserah diri dan meminta petunjuk-Nya pasti kita akan diberi kemudahan dalam menjalani kehdupan yang tengan dan damai secara lahiriyaha dan batiniyah. Orang yang baik adlah orang yang mampu menghargai orang lain dan mensyukuri atas apa yang telah diterimanya. Jika kita berbuat baik kebaikan pula yang akan kita dapat dan sebaliknya jika kita berbuat jahat pada orang lain maka itu akan kembali pada diri kita lagi. Berbuat baik pada orang lain dan yakin apa yang kita lakukan baik buat orang lain pasti akan baik buat diri kita sendiri.
Setelah saya membaca cerpen ini menurut saya karya sastra itu penting karena tenyata melalui karya sastra seseorang dapat menyampaikan suatu pesan dan amanat kepada orang lain secara tidak langsung tersirat dalam karya sastra. Karya sastra juga merupakan bagian dari kehidupan manusia selain sebagai seni dalam mengekspresikan diri. Karya sastra akan berguna dalam kehidupan manusia. Kita bisa menggunakan karya sastra sebagi media kritik tanpa harus menyakiti.Karya sastra penting dalam kehidupan manusia karya sastra dibuat berdasarkan sebuah pemikiran yang ternyata pemikiran itu mengandung unsur-unsur nilai moral, nilai seni dan masih banyak nilai yang terkandung dalam karya sastra yang tentunya bisa sebagai pembelajaran bagi kehidupan manusia. Karya sastra memilki banyak jenisnya dan banyak juga fungsi dari masing-masing karya sastra tersebut. Salah satunya karya sastra berupa tulisan cerpen yang memilliki peran  sebagai penyampaian pesan dan hiburan bagi para pembacanya.Karya sastra menjadi penting ketika kita serius untuk memaknainya dan karya sastra tidak akan berguna jika hanya menjadi perhiasaan yang tidak dibaca. Untuk itu karya sastra harus ditekuni secara serius jika ingin mendapatkan inti dari sebuah karya sastra tersebut. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar