Jumat, 24 Februari 2012

SATPOL PP JUGA MANUSIA

SATPOL PP JUGA MANUSIA DALAM CERPEN SATPOL PP KARYA ODDI ARMA

Cerita yang menarik dalam dalam hal ini adalah dimana seorang Satpol PP bernama Kabul yang memiliki sifat ceria dan periang sesuai dengan kepribadianya. Tapi hal yang terbalik terjadi saat ia bekerja sebagai Satuan Polisi Pamong Praja. Sebenarnya pekerjaanya sebagai Satpol PP bukan cita-citanya. Dia lebih suka bekerja sebagai teknisi listrik di kantor wali kota yang pernah dijalaninya kurang lebih delapan tahun.
Tapi itu dahulu, kini kabul bekerja sebagai Satpol PP dan meninggalkan pekerjaannya yang dulu, kabul ingin memperbaiki nasibnya. Kabul berharap jika dia bekerja sebagai Satpol PP dia akan cepat diangkat menjadi PNS, namun harapan tinggal harapan sudah lima tahun berlalu tapi pengangkatan  tak kunjung terlaksana. Hal itu membuatnya semakin merasa nelangsa, nelangsa karena terjadi konflik batin terhadap kehidupanya.
Keadaan semakin sulit karena pekerjaanya yang menuntutnya untuk bertindak bertolak belakang dengan hati kecilnya. Pekerjaanya membuatnya banyak diperbincangkan oleh orang sekampungnya. Dia dibenci oleh gepeng,PSK, dan pedagang yang diambil gerobaknya, tidak hanya itu suatu hari ketika anaknya yang kelas lima SD melihat Kabul di acara berita pagi. Kini tak hanya orang kapung dan PSK yag membecinya, tapi anaknya juga karena anak gadisnya mengucapkan “Ayah kejam”. Ketika anak gadisnya melihat ayahnya mengambil gerobak milik orang yang miskin, meski tak seberapa tapi bagi mereka adalah bermakna.
Pekerjaanya membuatnya semakin nelangsa dan membuat dia tidak bisa tidur ketika keesokan harinya dia harus menggusur. Bahkan kabul pernah malas makan dan ngomong setelah dia melakukan penggusuran terhadap PKL di sebuah kawasan yang akan dijadikan taman kota. Ternyata PKL yang dia garuk adalah temanya dari kampung yang baru sebulan mengadu nasib ke Jakarta. Hal seperti ini tak jarang membuat kabul melepaskan tangkapannya.
Suatu ketika kabul mengejar seorang joki sampai lelah dan kehabisan nafas, tapi apa yang ia dapat joki itu menangis sambil menunjukan resep obat yang harus ditebus. Dia tak mungkin menangkapnya dan membiarkan joki itu dibina berbulan-bulan, bakal ada yang meninggal  dunia karenanya. Untuk itu kabul selalu mengingatkan teman-temanya agar hati-hati tidak semena-mena “ingat kalian juga punya anak” pesanya.
Pemberan dengan undang-undang kadang dilakukan oleh kabul saat menjalankan pekerjaanya, agar dia tidak nelangsa saat menjalankan pekerjaaanya. Memang pelacur harus ditangkap dan dibina karena itu dilarang agama dan dia mendapat pahala. Tapi bagaimana dengan PKL yang dirampas gerobaknya, gerobak adalah emas bagi mereka untu mencari nafkah. Tentu hal itu akan membuat kabul menjadi nelangsa dan semakin miris perasaanya. Karena bagaimanapun Kabul juga manusia.
Dalam hatinya kabul berbicara bahwa pekerjaanya ada karena tidak becusnya pemerintah dalam menjalankan pegawainya. Karena menurutnya sudah pekerjaanya dinas informasi untuk melarang orang-orang bekerja di trotoar. Sudah seharusnya dinas sosial membina gepeng dan sudah tugas pemuka agama untuk memberitahu umatnya bahwa pelacur tu dosa dan akan masuk neraka.
Suatu hari kabul dan teman-temanya harus memastikan sekitar 100 kepala keluarga membongkar gubuknya dan hengkang dari batran kali. Kabul sudah siap dengan linggisnya mewaspadai jika nanti ada kepala kelurga yang tidak mau rumahnya di bongkar. Tetapi kali ini warga disana lebih dulu membongkar rumahnya dibantu beberapa anak-anak yang beranjak dewasa. Kabul hanya berteduh diawah pohon sambil mengawasi dan berbincang-bincang dengan temanya. Anak-anak kecil berman asyik seolah tak peduli dengan keadaan orang tuanya yang nanti malam akan bingung untuk tidur dimana.
Kabul melihat bolduser yang  meratakan sisa-sisa bangunan, tak ada yang tau jika pada saat itu hati kabul sangat nelangsa. Rumah yang telah delapan tahun di tempatinya adlah rumah perusahaan jawatan yang sebntar lagi juga akan digusur. Seminggu lagi kabul harus meinggalkan rumahnya. Uang ganti rugi dari penggusuran rumah sudh diterima tetapi ak ada rumah ynag bisa dibelinya.
Saat kabul bertugas untuk mentertibkan anak jalanan dan gepeng di sebuah jalan raya yang padat, ramai dengan mobil dan sepeda motor. Waktu razia memang diajukan satu jam lebih cepat, karena gepeng dan anak jalanan hapal betul kapan akan ada razia. Saat mobil pikap yang ditumpangi Kabul dan teman-teman  tiba disebuah perempatan para gepeng dan anak jalanan belum menyadarinya. Kabul pun turun dari mobilnya para nak jalanan masih terlena menjajakan plastik bekas dan bungkus permesnya.
Hingga saat yang mendebarkan tiba salah satu dari mereka berteriak tentang razia, gepengpun berlarian memecah kepadatan jalan raya tak peduli ramainya kedaraan yang lalu-lalang. Mereka berlari tak tentu arah, Kabul melihat gadis kecil seumuran dengan anaknya hanya terdiam diseberang jalan dan tidak bisa berbuat apa-apa melihat teman-temanya berlari sendiri-sendiri. Kabul mencoba untuk perlahan mendekatinnya, gadis itu panik. Kabul berharap gadi itu tidak berlari saat ia mencoba untuk mendekat. saat kabul mau berkata agar tidak berlari, belum sempat ia mengeluarkan kata-kata itu brakkkkkk.. sebuah sedan menabraknya dan membuat dia tak benyawa. Dan saat itu juga dia akan menyesal karena ia teringat akan anak gadisnya “Ayah kejam”.
Maslah kehidupan yang ingin diangkat dalam realita nyata penulis ingin mengangkat tema penggusuran yang sekarang ini sangat marak terjadi dalam kehidpuan diperkotaan khususnya Jakarta. Di jakarta penggusuran menjadi tugas utama seorang Kabul yang bekerja sebgai Satpol PP. Kabul yang pada awalnya lulusan SMK dan bekerja sebagai teknisi listrik di kantor wali kota harus bersedia beralih bertugas menjadi Satpol PP lantaran dia berharap bisa menjadi PNS dalam waktu yang dekat. Tapi pekerjaan itu membuat hatinya gelisah dan bertolak belakang dengan isi hatinya yang tak pernah tega dan kejam untuk menggusur dan menangkap gepeng dan menggusur PKL karena dia tau bagimana kehidupan mereka.
Kabul tidak bisa melakukan pekerjaan itu, pekerjaanya membuat dirinya dibenci oleh semua orang termasuk anaknya, yang benci terhadap pekerjaan yang merampas kehidupan orang lain. Tapi tak banyak yang bisa dilakukan kabul selain menjalankan tugasnya meski sering kali dia melepaskan tangkapanya karena perasaan ibanya. Pekerjaannya sebgai tukang gusur ternyata tidak membuatnya lebih baik. Bahkan dia juga harus rela diusur karena dia juga tinggal di rumah perusahaan jawatan yang sudah ditemapinya selama delapan tahun.
Dan hal membuat seoarang dia sedih adalah saat dia ingin berusaha mengamankan seorang gadis kecil disebuah razia jalan raya. Niatnya adalah baik agar gasi itu tdak lari dan tertabrak kendaraan. Tapi nitayang baik itu ternyata sulit diwujudkan dengan pekerjaanya, gadis itu memilih lari da mati tertabrak sedan di perempatan jalan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar